Tuesday, November 13, 2012


HARAPAN ITU MASIH ADA

          Hai sahabat semua, salam kenal ya nama saya Pandu Muhamad Barzah, saya lahir di Tasikmalaya, dengan waktu yang katanya sih tanggal tersebut bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Organisasi Kepanduan yang ada di Indonesia atau yang biasa disebut Gerakan Pramuka. Saya merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dengan seorang kakak perempuan dan satu adik laki-laki. Disini saya ingin sedikit berbagi cerita dari pengalaman hidup saya, yang mungkin cerita ini merupakan sebuah cerita dimana pada saat itulah saya mulai menemukan jati diri saya yang sesungguhnya. 
            Mungkin cukup untuk perkenalannya, sekarang langsung saja kita mulai ke cerita kehidupan saya, yang bermula pada tanggal 14 Agustus 1992 tepatnya pada pukul 15.00-16.00 WIB pada waktu itu saya memulai untuk yang pertama kalinya melihat Dunia yang pana ini. Yang katanya pada waktu itu saya lahir dengan sebuah jeritan tangisan layaknya seorang bayi dan dengan beberapa sambutan kebahagian dari orang-orang yang ada disekitar saya terutama dari Papah dan Mamah saya, singkat cerita proses itu pun berjalan dengan lancar disebuah tempat persalinan, hingga akhirnya tak lama dari situ katanya sih saya sudah mulai bisa dibawa kerumah nenek saya yang kebetulan dekat dengan tempat persalinan itu, entah seperti apa semua prosesnya yang jelas semua berjalan layaknya kehidupan sebuah keluarga, karena pada waktu itu saya masih belum bisa mengingat apa-apa.
Hari demi hari berjalan dan bulan demi bulan pun terus berjalan, bahkan tahun demi tahun pun turut berjalan. Namun konon katanya sangat disayangkan kehidupan kecil saya sungguh sangat dipenuhi dengan rasa sakit entah itu sebuah penyakit kecil (seperti demam, flu, dsb) atau penyakit-penyakit yang memang bisa disebut cukup parah (pada waktu itu saya mengidap penyakit asma dan kejang panas). Kata cerita orang tua saya entah berapa kali dalam sebulan itu saya dibawa ke dokter karena begitu sensitivenya saya terhadap penyakit, kebetulan pada waktu itu yang menjadi langganan saya adalah dr. Lulu karena begitu seringnya saya bulak-balik berobat jadi katanya beliau sudah menyayangi saya seperti anaknya sendiri. Namun sangat disayangkan ketika saya berusia 1th dr. Lulu berpindah tugas keluar kota yang cukup jauh, pada waktu itu katanya beliau sempat berpesan seperti ini “De Zamzam, ibu dokter mau pindah jauh, jadi ibu harap de zamzam bisa sehat ya / jangan sakit-sakitan terus”. Oh iya lupa dulu nama saya adalah “Zamzam Zamaludin” yang hingga akhirnya pada usia 2th diganti menjadi “Pandu Muhamad Barzah” salah satu penyebabnya ya karena sering sakit-sakitan itu.
Waktupun terus berjalan seperti biasanya (seorang balita yang sering sakit-sakitan) tanpa adanya dr Lulu, dan akhirnya dibawalah ke dokter spesialis anak yang berada di kota Tasikmalaya / dr. H. Undang Sp.A. Hingga suatu ketika tepatnya pada usia 2th, katanya  karena begitu parahnya serangan dari penyakit yang saya idap ini, saya pernah sampai dirawat di RS, dan katanya juga pada saat itu dokter yang menangani saya di RS tersebut sempat berdialog dengan kedua orang tua saya serta ada salah satu ucapannya yang seperti ini Bapak/Ibu, bapak dan ibu harus bersabar dan terus berdoa saja kami disini sedang berusaha untuk kesembuhan anak Ibu/Bapak, namun semua itu dikembalikan lagi kepada kekuasaan Alloh, sebenarnya kami berat untuk mengatakan ini namun semua itu harus diketahui oleh Ibu/Bapak, Bahwa anak Ibu/Bapak sekarang sedang dalam keadaan kritis (Jikalau anak Ibu/Bapak tidak menangis dalam jangka waktu 2jam, kami sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, semua dikembalikan lagi kepada kehendak Alloh SWT)”, yang mungkin intinya pada saat itu menurut medis jikalau saya tidak ada respon menangis dalam jangka waktu 2jam nyawa saya sudah hilang / saya sudah meninggal, semua keluarga saya panic, sedih, gelisah dan tak karuan, yang bisa dilakukan pada saat itu hanyalah berdoa, berdoa, dan terus berdoa. Hingga akhirnya kekuasaan Alloh disitu benar-benar terlhat, sebuah keajaiban/mukjizat dari Sang Maha Pengasih. Doa-doa yang dipanjatkan oleh orang tua dan keluarga saya pada waktu itu langsung didengar oleh Sang Maha Mendengar, katanya pada jangka waktu 1jam 20menit ternyata terdengarlah suara tangisan seorang balita yang berasal dari ruang perawatan saya. Tangisan ?? Iya tangisan itu adalah tangisan saya / saya selamat dari perjuangan hidup dan mati saya, yang akhirnya disambut dengan tangisan-tangisan kebahagiaan dari orang keluarga saya.
Singkat cerita semua berjalan seperti biasanya, dengan kesakitan ini yang terkadang datang menyerang saya secara tak terduga-duga, orang tua saya pun terus berusaha untuk mengobati saya agar bisa sembuh secara maksimal. Dan akhirnya pada suatu ketika entah pada usia 3th/4th penyakit asma saya sudah jarang kambuh dan bahkan bisa disebut sembuh. Namun sayang satu lagi penyakit yang memang sangat berat ini masih belum pergi juga dari tbuh ini / penyakit Kejang Panas (Step). Tapi orang tua saya masih tetap berusaha sekuat mungkin demi kesembuhan anaknya ini, hingga katanya pada usia 5th itu terakhir kali terjadinya kejang-kejang pada tubuh saya jikalau terserang demam. Yang akhirnya dengan keputusan dari dokter katanya kemuningkinan anak Ibu/Bapak sudah mulai sembuh, dan ternyata benar sejak saat itu katanya saya sudah tidak mengenal lagi yang namnya kejang. Alhamdulillahirrabbilalamin …
Waktu demi waktu pun terus berjalan tanpa adanya lagi serangan-serangan dari penyakit saya itu, paling kalau sakit Cuma sakit biasa (demam, flu,dsb). Sehingga datanglah musimnya pendaftaran pendidikan, pada waktu itu tepat ketika saya berusia 5th kurang saya mulai bersekolah / pada waktu saya dimasukan oleh orang tua saya ke TKQ Al- Iqomah, dan berlanjutlah di usia 6th kurang tepatnya bulan Juli 1998 saya disekolahkan ke SD Negeri 2 Ciawi, hingga selesailah pendidikan dasar saya itu selama 6 tahun lamanya, sehingga pada tahun 2004 saya lulus dari SD tersebut dan melanjutkan ke SMP Negeri 2 Ciawi. Jikalau pada waktu usia SD saya masih belum jelas mau kemanakah arah saya nanti ketika dewasa berbeda di usia SMP ini di usia ini atau yang biasa disebut usia pra remaja saya sudah mulai mempunyai angan dan cita yang jelas yang memang saya sangat yakin bahwa saya bisa menggapainya, dengan usaha dan belajar. Di usia itu saya mulai tertarik untuk mencari informasi tentang kemiliteran hampir semua yang ada dibenak saya adalah militer. Militer ??? iya militer, itulah angan dan cita saya / saya ingin menjadi seorang pejuang bangsa ini dibidang kemiliteran yang lebih tepatnya ingin menjadi seorang Tentara Nasional Indonesia – Angkatan Darat (TNI-AD).
Karena Kakek saya (Sekarang sudah meninggal) beliau adalah Purn. TNI-AD, dan bahkan beliau bisa disebut seorang pahlawan / termasuk kedalam daftar pahlawan Indonesia. Jadi saya bertanya-bertanya tentang kemiliteran itu ke beliau sehingga pada waktu itu beliau sungguh sangat merespon dengan baik ketika mengetahui salah satu cucunya ini ingin meneruskan perjuangannya, mungkin karena dari sekian banyak keturunannya baru kali ini ada yang mau meneruskan profesinya, sehingga sejak saat itu kami semakin akrab setiap ada apa-apa pasti selalu ke kakek lagi, kakek lagi, dan mungkin bisa disebut saya adalah cucu kesayangannya. Selain itu pada waktu itu saya sering baca-baca buku yang berkaitan dengan militer, bahkan cukup banyak mengoleksi buku-buku yang berkaitan dengan kemiliteran tersebut (satu rak buku hampir penuh semuanya dengan buku yang bertemakan militer), namun disamping itu saya juga tetap tidak melupakan kewajiban saya sebagai seorang siswa SMP yang masih harus banyak belajar, oh iya kebetulan pada waktu itu saya penggemar pelajaran IPA (Biologi), Geografi (yang membahas tentang Ilmu Bumi’nya), dan Sejarah (terutama sejarah nasional).
Oh iya hampir lupa, karena papah saya bisa disebut penggemar olahraga jadi pada saat kelas VII SMP saya mulai digerakan ke olahraga, salah satu pembicaraannya yang masih saya ingat adalah seperti ini “A, ayeuna mah aa teh tos ageung, kukituna papah hoyong aa gaduh katiasa kana salah sawios hiji cabor” yang artinya “A, sekarang tuh aa sudah besar, setidaknya papah pengen aa punya keterampilan di salah satu cabang olahraga” (Aa tuh sebutan bagi seorang kakak laki-laki). Ya akhirnya saya mencoba dulu ke olahraga basket, setelah sekian bulan pindah ke tenis meja, dan terakhir di renang. Yang akhirnya ditanya sama papah mau memilih cabor yang mana ? dan akhirnya saya memilih cabor Renang, dari situ saya mulai menggeluti cabang olahraga tersebut, jadi pada saat itu tugas saya bertamabah, (beribadah, belajar, menekuni/mencari informasi lebih dalam tentang dunia militer, dan berlatih renang). Kebetulan pada waktu itu asalnya saya berlatih bersama papah saya dan seorang pelatih yang ada di Kolam Renang WP Ciawi, namun tak lama dari situ saya dipindahkan ke sebuah Club Renang yang berada di Kota Tasikmalaya tepatnya ke Mangkubumi Swimming Club (MSC) karena papah saya ingin saya lebih disiplin dalam berlatih dan berharap bisa jadi atlet, dan memang sejak disana kedisiplan saya berlatih bertambah, serta mungkin sejak disana saya sudah bisa disebut sebagai seorang atlet walaupun baru atlet kelas/tingkat Kabupaten/Kota. Dari situ kesibukan saya mulai berpindah ke renang tapi tetap tidak melupakan yang tiga itu (beribadah, belajar, dan kemiliteran) hhhee .. J. Tahun demi tahun berlalu dalam waktu itu’pun pernah beberapa kali mengikuti kejuaraan-kejuaraan, contohnya Kejuaraan Sepriangan Timur, KRAP Se-Jawa Bali, bahkan sampai KRAPSI (Kejuaraan Renang Antar Perskumpulan Se-Indonesia).
Dan akhirnya pada waktu itu tibalah waktu yang paling mendebarkan bagi semua siswa kelas IX SMP, yakni waktunya Ujian Akhir Nasional (UAN/UN) disana kita semua siswa SMP terutama saya dan para rekan SMPN 2 Ciawi, berjuang demi mendapatkan kelulusan dengan hasil yang memuaskan. Akhirnya UN pun terlewati kami semua para siswa/i SMPN 2 Ciawi lulus. Dari situ saya mulai kembali memfokuskan semuanya kepada kemiliteran / karena pada waktu itu adalah masa transisi dari SMP ke SMA, bisa dibilang waktunya untuk mulai pendaftaran ke SMA-SMA yang kita inginkan, dan k arena memang dari dulu angan dan cita saya ke militer jadi pada waktu itu saya sudah siap untuk mendaptar ke SMP Taruna yang bertempat di Magelang, tak lama waktu pun berjalan dan saya pun mendaptar ke SMA tersebut walaupun memang belum mengikuti test apapun / Cuma baru mendaftar saja, karena testnya itu 2 minggu kemudian. Disamping itu pada waktu itu bertepatanlah dengan pesta olahraga KRAPSI yang bertempat di kolam renagn UPI Bandung yang memang termasuk Babak Kualifikasi PON 2008, Kalimantan Timur, akhirnya kami saya dan rekan-rekan dari MSC ikut serta dalam kejuaraan tersebut, berangkatlah kami ke sebuah penginapan yang berada di daerah Lembang, tak lama dua hari kemudia dimulailah kejuaraan tersebut, dan kami sama-sama unjuk prestasi.
Hari kedua dari kejuaraan itu tiba, namun sungguh sangat disayangkan / dihari itu ada sebuah kejadian aneh yang berdampak sampai saat ini. Apa sih kejadian itu ?? pada saat itu stelah say berlomba dalam kejuaraan, Saya sempat tidak sadarkan diri / Hilang ingatan selama beberapa menit. Hingga pada saat itu membuat semua yang mengenal saya panic ( Pelatih, Manger, Rekan-atlet, Orang tua teman yang ikut) semua panic melihat saya seperti itu. Karena pada saat itu saya diajak ngorol itu malah ngelantur kemana-mana (karena hilangya ingatan saya), tapi alhamdulillah beberapa saat kemudian dari situ saya sadarkan diri kembali / ingatan saya kembali lagi. Namun walaupun seperti itu pelatih memutuskan untuk tidak menurunkan lagi saya dalam kejuaraan pada hari itu dan secepatnya menghubungi orang tua saya. Karena khawatir mendengar anaknya seperti itu hingga tak lama sorenya papah saya langsung menyusul ke Bandung tepatnta ke tempat saya berlomba hingga tibalah papah saya, dan entah apa yang mereka perbincangkan (papah, pelatih, manager, dan lainya) mungkin karena papah bertanya kepada saya, saya jawab tidak tahu (ya otomatis tidak tahu karena pada waktu itu saya sedang hilang ingatan, jadi saya tidak tahu apa yang terjadi dengan saya) saya hanya tahu sebatas cerita dari orang disekitar saya yang menyaksikan saya tadi watu hilang ingatan. Karena seperti itu akhirnya papah saya memutuskan untuk membawa saya pulang / kami pulang terlebih dahulu, walaupun kejuaraan masih 3hari lagi.
Esok haripun tiba, hingga orang tua saya memutuskan untuk memeriksakan saya. Awalnya meminta rujukan ke RS dari puskesmas setempat dan ternyata hasil pemeriksaan ini rujukannya harus coba dibawa ke poliklinik syaraf, tanpa membuang waktu langsung saja saya dibawa ke RS dan ditujukan ke Poliklinik Syaraf, setelah diperiksa lebih lanjut oleh dr. Handi Nugraha Sp.S ternyata hasilnya saya harus di EEG yang pada waktu itu ada di RS Prasetya Bunda, akhirnya kami’pun langsung menuju RS tersebut, pendaftaran dan akhirnya kedalam ruang pemeriksaan dengan beberapa kabel yang menenpel dikepala saya diperiksalah/EEG lah saya, selesailah semua proses EEG tersebut, dan katanya hasil dapat dibawa besok lusa. Tibalah hari yang ditunggu-tunggu itu hingga akhirnya kami pun kembali ke RS Prasetya Bunda untuk mengambil hasil dari EEG saya, setelah mendapatkan hasilnya kami pun berlanjut kembali ke RSUD Tasikmalaya untuk kembali consult / memperlihatkan hasil ini ke dr Handi N, Sp.S. Diperlhatkanlah hasil EEG tersebut, dengan seksama pak dokter melihat hasil EEG tersebut serta kembali memeriksa saya. Dan ternyata pada akhirnya beliau berkesimpulan bahwa saya mengidap penyakit Gejala Epilepsi. Walaupun saya belum mengerti sekali tentang epilepsy tapi pada waktu itu hati ini sangat terpukul sekali ketika mendengarnya. Kembali ke penjelasan dokter kata beliau ini karena / efek waktu kecil suka kejang-kejang kalau panas, dari situ saya sangat-sangat terpukul “Ya Alloh ternyata penyakit kejang saya ini belum sembuh” … L Singkat cerita kita pun pulang kerumah dengan keadaan sedih, malam berlalu esok hari pun telah tiba saya seperti biasa menjalani aktivitas / berangkat ke sekolah walaupun UN sudah beres tapi masih ada yang belum yakni Ujian Akhir Sekolah (UAS/US) jadi saya harus tetap bersekolah untuk dapat menggapai angan dan cita saya itu (menjadi seorang TNI-AD).Waktu sekolah pun selesai, saatnya untuk pulang ke rumah, setibanya di rumah seperti biasa saya langsung makan dan terus shalat (karena lapar jadi makan dulu deh) hhheee … J
Oke sahabat semua disinilah cerita yang yang sangat menyedihkan / sangat-sangat membuat saya terpukul, terpukul lebih dari mendengar bahwa saya belum sembuh. Pada malam hari itu, keluarga saya sedang berkumpul papah, mamah, kakak, dan adik saya semua ada. Tak lama dari situ ternyata saya dipanggil keruang tamu oleh papah dan mamah, sepertinya ini aka nada pembicaraan serius, dan ternyata benar pada waktu itu saya diajak bicara tentang kelanjutan sekolah saya / pada saat itu mamah berkata seperti ini “A, apanan ayeuna mah kapendak upami aa teh nuju sakit/gaduh panyawat, janten mamah sareng papah teu ngawidian pami aa kedah sakola ka Magelang, nya tebih nya sakola militer deuih, mamah mah sok sieun engkena aa karaos diditu, bade saha anu nolongan ?” yang artinya seperti ini “A, kan sekarang tuh sudah ketahuan kalau aa tuh lagi sakit/punya penyakit, jadi mamah sama papah gak ngasih izin kalau aa mau sekolah ke magelang, udah jauh ditambah lagi disana tuh sekolah militer, mamah takut nantinya aa terasa disana, mau siapa yang nolong ?”. dari situ hati ini benar-benar sangat, sangat, sangat, terpukul mendengarnya / saya gak mau kalau seperti itu, saat itu juga saya berontak, pokoknya saya harus dan harus tetap sekolah kesana, tapi orang tua saya tetap bersikukuh dengan keputusannya, hingga akhirnya pada saat itu saya marah benar-benar marah dan langsung mengurung diri dikamar, hari tersebut pun terlewat dengan keadaan saya yang masih terus murung, murung, dan murung karena keputusan dari orang tua saya tersebut, karena dari situ saya mulai terpikir kalau seperti ini jadinya apakah saya bisa meraih angan dan cita saya ini … ??? tentu kemungkinan besar TIDAK AKAN BISA, L dan ini semua karena tubuh saya yang rapuh ini, pada waktu itu saya mulai membenci tubuh ini (kenapa saya harus mengidap penyakit ini ?).
Beberapa hari kemudian akhirnya saya berinisiatif atau istilahnya punya harapan cadangan dalam menentukan pilihan untuk meneruskan sekolah, yang akhirnya pada saat itu saya mengajak bicara orang tua saya dengan nada memaksa, yang intinya jikalau saya tidak bisa sekolah ke SMA Taruna saya ingin bersekolah ke sekolah pilihan kedua saya ini, yakni ke SMA Negeri 2 Tasikmalaya. Dan ternyata keputusan saya itu diterima (mungkin pada saat itu orang tua saya beranggapan, daripada anknya jauh-jauh di magelang, tak apalah kalau untuk cuma bulak-balik ke kota mah) akhirnya pada saat itu juga terjadi kesepakatan antara saya dan kedua orang tua saya tersebut. Dari situ walaupun hati ini masih tetap merasa terpukul karena tidak bisa melanjutkan ke SMA yang saya idam-idamkan dari dulu, tapi pada waktu itu luka ini terasa sedikit terobati karena minimalnya saya bisa sekolah ke SMA pilihan kedua saya itu.
Singkat cerita semua berjalan lancar saya pun telah lulus dari SMP Tercinta itu dengan hasil yang memusakan dan semua pendaftaran-pendaftaran saya ke SMAN 2 Tasikmalaya itu pun telah selesai kebetulan pada waktu itu saya mencoba melampirkan beberapa sertifikat yang saya dapat dari Renang, saya pun sempat bergumam “berguna juga ini renang, hhheee … J”. Mungkin bisa disebut pada saat itu saya daftar dengan jalur prestasi yang tepatnya, prestasi saya di cabor renang dan kebetulan juga nilai di Ijazah saya cukup bagus untuk meneruskan ke sana. Hingga akhirnya tibalah saat yang ditunggu-tunggu / pengumuman hasil diterima atau tidaknya saya untuk bersekolah disana dan ternyata Alhamdulillahirrabilalamin saya diterima di SMA tersebut, mungkin dari situ rasa suntuk / rasa kecewa saya karena tidak dapat meneruskan ke Taruna bisa terobati dengan diterimanya saya di SMA pilihan kedua saya itu. Waktu demi waktu pun terus berjalan, hari demi hari saya lewati tanpa beban, karena pada saat itu saya berpikir kalau saya hanya tinggal menunggu orang tua saya melakukan pendaftaran ulang serta akhirnya masuklah ke SMA tersebut (mulai bersekolah disana).
Namun apa yang terjadi ? ternyata apa yang saya pikirkan itu tidak terlaksana sesuai sekenario dalam pikiran ini. Loh kok kenapa bisa ? padahalkan saya hanya tinggal masuk dan bersekolah disana. Iya benar seperti itu, namun sayang itu tidak terlaksana, karena dua hari sebelum mulai efektif lagi hari sekolah / dua hari lagi sebelum saya dapat menginjakan kaki ini ke SMA tersebut, ternyata saya diajak berbincang kembali oleh orang tua saya, dan disana terjadi perbincangan yang cukup panas. yang intinya seperti ini ”A, enjing minggon teh aa tos ngawitan ka sakola kangge persiapan MOS (MOPD) nya, enjing aa teu kedah angkat ka tasik / aa cekap angkat ka pasirhuni wae, kumargi Mamah/Papah atos ngabatalkeun pendaftaran aa nu ka SMAN2, sareng ngadaftarkeun aa ka SMAN Ciawi, da Mamah/Papah melang upami aa uah-uih wae Tasik-Ciawi atanapi ngekost diditu moal kakontrol ku Mamah/Papah”, yang artinya “A, besok tuh kan aa sudah mulai kembali masuk sekolah untuk persiapan MOPD, besok tuh aa gak perlu berangkat ke tasik / aa cukup ke pasirhuni saja, soalnya Mamah/Papah sudah membatalkan pendaftaran yang ke SMA2 dan mendaftarkan aa ke SMAN Ciawi, karena Mamah/Papah khawatir jikalau aa boalak-balik sekolah Tasik-Ciawi atau ngekost disana yang nantinya gak bakalan terkontrol oleh Mamah/Papah seperti apa kondisi aa dikostan”. Astagfirulloh, sahabat ternyata orang tua saya sudah berganti keputusan lagi mereka kembali mengambil keputusan sepihak yang intinya karena cukup jauh juga, jadi saya tidak boleh sekolah kesana dengan gantinya saya harus bersekolah didaerah saya sendiri yakni di SMA Negeri Ciawi. L
Dari sanalah awal mula saya benar-benar kecewa dan marah kepada orang tua saya / pada saat itu juga saya berontak, beronmtak dan berontak. Yang intinya saya tidak mau disekolahakan di sekolah pilihan orang tua saya tersebut dan tetapa bersikukuh untuk bisa tetap bersekolah ditempat yang saya mau, pada saat itu intinya saya berkata seperti ini “Peperiheun ka Taruna heunteu cik atuh ka SMA2 wae mah izinan” yang inti artinya tuh seperti ini ”Udah mah ke Taruna gak jadi, tolong dong ke SMA2 aja tuh kasih izin” namun saya semua keluhan, berontakan, omongan dan pendapat ku itu tidak digubris sedikit pun oleh orang tua saya. L
Saat itu saya sungguh-sungguh sangat kecewa, sakit hati dengan keadaan ini, semua yang saya impikan seolah-olah hanyalah sekenario yang tidak jelas dan tidak pasti / berawal dari impian saya untuk menjadi seorang militer dengan awal langkahnya ingin melanjutkan ke SMA Taruna yang gagal, dan juga harapan kedua yang sudah didepan mata / hanya tinggal memetiknya dengan mudah ternyata harapan itu juga punah, saya tidak jadi melangkahkan kaki ini ke SMAN2, karena apakah itu semua terjadi … ??? karena apa sahabat … ??? karena penyakit sialan yang mengidap dalam tubuh ini, Ya Alloh kenapa Engkau ciptakan penyakit ini dalam tubuh hamba … ??? L, Pada saat itu lah saya mulai aral merasa hidup ini tak ada artinya lagi. Coba saja sahabat bayangkan angan dan cita yang sahabat impikan dari kecil dan ketika beberapa langkah lagi bisa tercapai malah dihempas / terpatahkan, apakah tidak sakit … ??? tentu jelas sangat, sangat, dan sangat menyakitkan … !!! Dan wajar saja sahabat, waktu itu saya seperti itu karena pada waktu itu adalah waktu dimana saya sedang menginjak usia Remaja, yang memang Ego Remaja itu sangat menggebu-gebu / ketika semangat ya gak bakalan kepalang tuh semngatnya, tapi sayang semangat untuk meraih angan dan cita ini terpatahkan begitu saja oleh penyakit ini L. Sejak saat itulah saya mulai benar-benar marah/benci kepada kedua orang tua saya, jikalau bisa pada saat itu saya ingin kabur dari rumah ini, namun apa boleh buat saya sebagai seorang anak hanya bisa menuruti apa yang dikehendaki oleh kedua orang tuanya walaupun dengan sangat, sangat terpaksa dan sejak saat itu pula sikap saya mulai berubah yang asalny periang biasa berkumpul dengan orang tua menjadi terbalik saya menjadi seorang yang sering mengurung diri di kamar ini, dengan kekecewaan, tangisan, dan rasa kebencian ini yang sudah tidak bisa terbendung.
Hari pertama untuk persiapan MOPD pun tiba, walaupun saya tidak menginginkan namun karena saya tetap berpikiran untuk jangka panjang / kalau saya tidak berangkat ke sekolah apakah saya bisa dapat Ijazah SMA … ??? Maka dari itu walaupun dengan sangat terpaksa saya mencoba untuk tetap berangkat sekolah ke sekolah yang memang tidak saya inginkan tersebut / tepatnya ke SMAN Ciawi, hari pertama MOPD pun dimulai dan kebetulan pada waktu itu saya masuk di kelas X4 saya mulai coba menjalani aktifitas sekolah seperti biasanya dengan beberapa kakak-kakak panitia yang cukup galak, namun yang saya perdulikan bukan itu / mau galak atau tidak semua itu bukan masalah yang menjadi beban pikiran saya pada waktu itu adalah “saya tidak menginginkan untuk bersekolah di sana”. Hari demi hari dalam acara MOPD pun berjalan, walaupun dengan terpaksa namun tetap saya coba mamaksakan diri untuk beradaptasi, dan ada satu yang diingat saya pada waktu ketika demontrasi ekstrakulikuler / disana semua ekstra menampilkan kemahiran dibidangnya dan sebisa mungkin untuk berpromosi. Dari situ ada satu ektra yang agak menarik minat ini, sahabat masih ingat  pelajaran apa yang saya gemari pada waktu SMP dulu ? ya disana salah satunya ada pelajaran IPA dan yang menarik minat saya itu adalah ekstra Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) hingga akhirnya saya berminat untuk meminta formulir pendaftaran, yang katanya dikumpulkan minggu depan setelah selesai MOPD.
MOPD pun tak terasa sudah selesai, hari senin di minggu yang baru telah datang itulah saatnya saya berganti seragam dari Putih Biru ke Putih Abu-abu, namun tetap rasa ini masih sangat terpukul dan seakan tidak pernah ingin untuk berangkat ke sekolah sana, tapi apa daya saya hanya bisa menuruti kehendak orang tua yang akhirnya berangkatlah ke sekolah, hari efektif pun tiba kita semua sebagai seoran siswa mulai belajar ketika itu saya coba memilih duduk sebangku dengan anak keturunan cina, pembelajaran mulai dimulai guru pertam pada hari itu mulai masuk dan memberikan pelajaran, hingga berlanjut terus ke guru-guru yang selanjutnya dan selesailah waktu belajar pada hari itu, namun apa yang saya rasakan / saya tetap merasakan ketidak semangatan dalam hidup ini termasuk dalam belajar, semua pembelajaran tidak mengayikan. Hari berikutnya pun datang, datang, dan datang, serta sama lah yang saya rasakan itu hanya kejenuhan dan ketidak semangatan dalam hidup ini. Namun pada waktu itu saya sempat berpikir masih ada satu harapn yang mungkin setidaknya agak bisa mengobati kekecewaan ini yakni pelajaran IPA (Biologi) hingga tibalah saatnya pelajaran tersebut / tibalah waktu yang saya tungu-tunggu tersebut, sahabat tau apa yang terjadi disana, pada saat itu sungguh sangat disayangkan pelajaran yang paling difavoritkan oleh saya itu pun tidak bisa memberikan semangat, L, hingga akhirnya saya tarik kesimpulan belajar saja sudah tidak semangat seperti ini / sudah tidak asyik seperti ini apalagi mengikuti ekstra yang akhirnya keputusan saya untuk masuk ekstra KIR saya tarik kembali (saya tidak jadi masuk ekstra tersebut dan tidak memiliki satu ektrakulikuler pun), saat itulah awal mula saya benar-benar down. L hingga suatu saat saya sempat terpikir untuk membakar semua koleksi buku militer saya, karena buat apa buku sebanyak itu toh angan dan cita saya untuk menjadi militer itu sudah tidak mungkin dan semangat saya pun sudah tidak ada, hingga akhirnya dibakarlah semua buku-buku itu dibelakang halaman rumah saya ini, namun satu yang disisakan oleh saya / satu buku yang tidak dibakar oleh saya yaitu buku pemberian dari Alm. Kakek yang berjudul Siliwangi, dan sampai saat ini pun masih saya simpan dengan rapih dilemari saya.
Hari demi hari pun terus berjalan, bahkan bulan demi bulan pun telah terlewati namun tetap dengan kondisi saya yang seperti itu / tidak ada sedikit pun untuk bersemangat (dirumah menjadi seorang anak yang tertutup yang terus menerus mengurung diri dikamar dan disekolah pun sama hanya menjadi seorang siswa yang tertutup tanpa mau bersosialisasi dengan yang lain) hingga akhirnya pada saat itu,  walaupun sudah berapa bulan sekolah disana saya masih tetap tidak mempunyai teman … L entah mungkin karena kondisi saya yang sangat kecewa jadi akhirnya tidak bisa menerima apapun yang ada disekitar saya itu. Karena saking kecewanya saya, pada saat itulah saya mulai kehilangan arah / pada saat itu saya bukan hanya kecewa kepada diri ini dan orang tua tapi kepada Tuhan pun saya merasakan kecewa dan marah hingga ibadah pun yang tadinya selalu terlaksana pada saat itu mulai sering terlewati, dan akhirnya tidak pernah lagi mengenal yang namanya ibadah. Pada saat itulah saat-saat kegelapan dikehidupan saya, salah satunya pada saat itu saya sudah mulai sering tidak pulang kerumah ketika pulang latihan renang dari Mangkubumi saya sering menginap di rumah teman saya dan pulang kerumah esok harinya / dirumah hanya mandi minta uang jajan dan berangkat lagi kesekolah, begitupun dengan waktu pulang kerumah, jikalau tidak ada jadwal latihan begitu pulang sekolah saya langsung mengurung diri dikamar yang biasa ditemani oleh computer pc saya ini, atau jikalau hari itu ada jadwal latihan saya hanya sebentar dirumah / hanya ganti pakaian persiapan berangkat latihan makan dan berangkat, pada saat itu sudah tidak memperdulikan lagi orang-orang rumah bahkan dengan yang namanya shalat pun sudah tidak dikenal lagi, entah dimana iman saya pada saat itu seolah-olah hati dan pikiran ini menjadi sebuah lorong gelap yang tak bercahaya.
Hari demi hari terus dilewati seperti itu, hingga suatu ketika entah malam apa pada saat itu saya diminta teman saya yang rumahnya biasa menjadi tempat tinggal sementara saya / tempat menginap saya disana, dia meminta antar saya ke sebuah tempat yang berada di Jl. Y______ di Kota Tasikmalaya, katanya sih dia mau ngambil uang dari teman sekolahnya. Berangkatlah kita ke tempat tujuan yang memang lumayan cukup jauh dari rumah teman saya itu / sekitar 10km’an lah, tak lama sampailah kita disana, ketika pas sampai saya lihat dari luar sempat bergumam seperti ini “waduh ini rumah walaupun gak terlalu besar tapi bagus juga ya dan tertata rapih,” namun pas saya mengikuti teman saya masuk kedalam, oh sahabat ternyata didalam itu terbalik dari kondisi yang diluar (rapih bersih) ternyata didalam rumah itu sungguh sangat berantakan dan cukup banyak anak-anak seusia saya mau itu laki-laki atau perempuan semua berkumpul disana dan kelihatannya mereka sedang bersenang-senang, pada saat itu saya sempat terkesima kaget melihat kondisi itu, hingga akhirnya yang dimaksud teman saya itu menghampiri kami dan berbincanglah dengan teman saya itu sementara saya masih terkesima dengan keadaan ini, tak lama orang yang berbincang dengan teman saya itu (namanya Y___) menghampiri saya dan akhirnya kita pun berbincang, oh sahabat ternyata dia adalah ketua atau merupakan anak yang dituakan diperkumpulan itu dan ternyata dirumah itu merupakan tempat-tempat berkumpulnya anak-anak yang broken home termasuk seperti saya ini, bahkan kabanyakan anak di rumah itu adalah anak-anak dari para pejabat atau pengusaha yang kurang perhatian dari orang tuanya, lama-kelamaan kita terus asyik berbincang dan entah kenapa setelah sekian lama yang biasanya say tidak bisa menerima apapun yang ada disekitar saya, pada waktu itu saya merakan kenyaman / serasa nyambung berbicara itu, namun saya belum berani mengungkapkan kepadanya apa yang terjadi pada saya ini karena asyiknya berbincang tak terasa waktu telah menunjukan pukul 22.00 WIB akhirnya teman saya pun mengajak untuk pulang kerumahnya dan saya pun mengiyakan, namun entah kenapa / mungkin si abang Y___ sudah sedikit mengetahui apa yang saya rasakan, jadi ketika pas kita mau pulang dia sempat menyuruh saya menyimpan no kontaknya dan berbicara “Kalau pandu butuh teman silahkan kontak abang, atau langsung saja datang kesini, disini banyak kok teman laki-laki ataupun perempuan seusia Pandu yang sama nasibnya, kita / teman-teman disini pasti bakalan menerima Pandu”, dari pembicaraan itu seolah-olah si abang sudah mengetahui rasa sakit saya ini. Karena dia menawarkan seperti itu saya hanya bisa mengangguk sambil tersenyum.
Singkat cerita malam hari itu tlah terlewati, dan hari-hari pun telah terlewati. Kiranya dua minggu dari sana pada saat itu saya benar-benar mumet seakan kepala ini mau meledak, dan kebetulan pada malam harinya itu mau saya menginap di tempat biasa / di rumah teman saya. Ketika saya sedang merenung sempat terpikir untuk mencoba menghubungi si abang / mencoba maen ke rumah tempat berkumpulnya anak-anak broken home tersebut. Hingga akhirnya setelah pulang latihan yang biasanya saya selau berbarengan dengan teman saya itu, pada waktu itu saya mencoba bilang dan minta izin untuk tidak bareng / menginap disana, karena saya mau coba maen ke tempat kemarin itu, yang akhirnya teman saya itu hanya bisa mengiyakan keinginan saya itu. Tibalah saya dirumah yang dituju, walaupun dengan langkah yang ragu-ragu tapi akhirnya saya coba untuk masuk kesana dan kebutulan pada waktu itu yang membukakan pintu adalah seorang perempuan yang bernama C____ yang memang saya belum mengenalnya / pada waktu saya kesana dulu dengan teman saya dia memang sedang tidak ada dirumah itu, sehingga pada saat itu sempat terjadi dialog terlbih dahulu “Mau ke siapa ya ?” tanyanya dengan lembut, saya pun menjawab dengan gugup “Ada abang abang Y___nya ?” dia pun membalas lagi “Oh, mau ke abang, iya ayo masuk” hingga akhirnya saya masuklah ke rumah itu dan disambut dengan senyuman-senyuman dari teman-teman yang ada disana, bertemulah saya dengan orang yang saya tuju itu, dan dia pun ternyata menyambut saya dengan begitu akrabnya, hingga akhirnya yang tadinya saya merasa ragu-ragu untuk kesini, menjadi rasa yakin tak lama akhirnya kita pun berbincang yang biasa bermula dari basa-basi hingga akhirnya ke topic utama yakni “saya mau minta izin untuk menginap disini” dan ternyata dia menyambut baik dari situ say merasa sangat lega sekali.
Singkat cerita karena sudah diizinkan oleh mereka untuk menginap disana, jadi saya coba membereskan barang saya dan membersihkan badan saya untuk dapat beristirahat, namun karena ramainya suasana di tempat itu terutama para perempuan-perempuan yang cerewet hingga akhirnya saya malah asyik kembali berbincang dan terus berbincang yang mulanya dari sebuah candaan dan banyolan, hingga akhirnya menjadi sebuah curhatan saya kepada teman-teman disana terutama kepada abang, dari sana saya mulai menceritakan apa yang menjadi beban saya selama ini / yang menjadikan semangat saya down, saya pun terus menceritakan semuanya hingga jelas, dan entah kenapa mungkin karena mereka adalah anak-anak yang sama yang merasakan kesedihan seperti saya ini, walaupun dalam bentuk/aspek berbeda yang jelas mungkin intinya pada saat itu kita sama-sama anak broken home, sehingga dengan seketika mereka dapat sangat memahami keadaan saya ini, dan sejak saat itulah saya merasa mempunyai keluarga baru. Sejak saat itulah kegelapan dalam hidup saya semakin menjadi-jadi / hidup ini benar-benar seperti lorong gelap yang tidak ada cahaya sedikitpun. Sejak saat itu hampir setiap hari setiap malam saya berada disana, rumah dan sekolah itu hanya menjadi tempat persinggahan sementara bahkan sejak saat itu latihan pun sudah mulai terganggu, karena yang ada dipikiran saya pada saat itu hanyalah have fun, have fun, dan have fun / bersenang-senang dan terus bersenang-senang tanpa mengingat itu dosa atau tidaknya yang penting happy. Hari demi hari pun terus berjalan seperti itu tanpa perhatian dari orang tua yang lebih sehingga rahasia tentang saya suka bersenang-senang di tempat tersebut bahkan sampai mengenal dugem yang terkadang satu bulan sekali kita maen ke daerah bandung, itu tidak diketahui sedikitpun oleh orang tua saya.
Waktu pun terus berjalan seperti itu, dan disamping kehidupan saya yang seperti itu memang saya sempat terpikir ingin menemukan suasana baru hingga pada semester2 saya mendengar ada perekrutan pengurus osis. Oh iya semester1 sudah terlewat dengan hasil raport yang sangat berbeda jauh dengan raport waktu SMP raport SMA semester1 pada saat itu semua nilainya pas-pas’an dengan KKM adapun yang melebihi KKM itu Cuma lebih sedikit pokoknya raport saya waktu itu sungguh sangat berbalik dengan raport-raport saya sebelumnya, kembali ke perekrutan osis / pada waktu itu di sekolah ada pengumuman perekrutan pengurus osis, walaupun saya tidak betah di sekolah namun tetap di hati kecil ini ingin sedikitnya ada perubahan hingga akhirnya saya mengambil keputusan untuk coba daftar menjadi pengurus osis, karena dalam benak saya pada waktu itu seperti ini “Mungkin di osis saya bisa menemukan teman / karena kan otomatis yang berada di kepengurusan osis adalah siswa-siswa yang berorganisasi” dan akhirnya sayapun mendaftarkan diri, beberapa hari kemudian LDKS pun dimulai, namun ada yang membuat perjalanan saya itu hampir terhenti / katanya pada saat itu salah satu untuk masuk kedalam kepengurusan osis yakni harus memiliki minimal satu organisasi ekstrakulikuler. Dari sanalah saya mulai kebingungan / saya bingung harus sepertia apa, saya ingin coba masuk kepengurusan osis karena saya ingin ada perubahan dalam diri ini namun saya tidak meiliki satupun organisasi sektrkulikuler. Saya kebingungan, bingung, bingung dan bingung, namun entah dari mana mulanya / mungkin sudah harusnya seperti ini, sepintas dari sana saya terpikir ke organisi Gerakan Pramuka, disana saya berpikir SD saya Pramuka, SMP saya Pramuka, ah sudahlah daftar ke Pramuka saja, paling juga ditanya Tri Satya dan Dasa Darma, pada waktu itu yang ada dibenak saya seperti itu / jadi intinya pada saat itu saya menjadikan Organisasi Gerakan Pramuka sebagai jembatan agar bisa masuk ke dalam kepengurusan Osis. Pada saat itu saya berniat untuk masuk ke organisasi gerakan pramuka hanya sementara karena setelah nanti masuk ke osis saya tidak akan aktif lagi dipramuka, pada saat itu pikiran saya akan menemukan teman di osis.
Singkat cerita akhirnya saya mendaftarkan diri ke Pramuka, yang kebetulan dulu itu langsung berbincang dengan Pradana Putranya (Kak Dede Rifan) akhirnya saya diterimalah menjadi calon anggota pramuka disana, dan sekarang status saya aman (sudah memiliki organisasi). Dan singkat cerita LDKS pun berjalan dengan lancar hingga beberapa hari kemudian diumumkanlah siapa-siapa saja yang diterima ke dalam kepengurusan osis, ternyata dalam selembar kertas pengumuman itu terselip nama Pandu Muhamad Barzah. Iya, ternyata akhirnya perjuangan saya tidak sia-sia / saya diterima di kepengurusan osis, disamping itu aktifitas saya sebagai calon anggota di Pramuka berjalan seperti biasanya yang biasa latihan di hari sabtu. Minggu demi minggu pun terus berjalan status saya masih tetap sebagai pengurus osis dan calon anggota pramuka bahkan bulan demi bulan pun terlewati, namun apa yang terjadi sahabat ?? semua tidak seuai lagi dengan apa yang saya kira, di kepengurusan osis pun saya tidaka menemukan teman satu orang pun. L
Namun sahabat dibalik itu ternyata Alloh menyimpan sekenario lain, seperti apakah sekenario itu ?? itu semua berkaitan dengan organisasi yang niat awalnya hanya untuk dijadikan sebagai jembatan saya ke osis / yang niat awalnya hanya ingin numpang nama sebagai anggota agar saya bisa diterima di osis. Iya semua itu berkaitan dengan PRAMUKA. Ternyata sahabat, ketika saya berada di Pramuka lah saya menemukan cahaya itu, minggu pertama, kedua, ketiga, pada saat latihan memang belum terasa namun minggu selanjutnya ketika saya berkumpul dengan Kakak-kakak dan Teman-teman yang ada di Pramuka pada saat itu hati ini mulai terasa nyaman. Walaupun pada saat itu mereka tidak mengetahui seperti apakah kondisi saya, namun dengan kedekatan, keakraban (candaan dan banyolan) mereka, secara tidak langsung mereka telah mulai sedikit memberikan harapan baru bagi saya, dari sana saya mulai kembali ada semangat dalam hidup ini walaupun hanya baru beberapa persen tapi setidaknya pada saat itu saya sudah bisa tersenyum dalam hal positive. Sejak saat itu hari yang ditunggu-tunggu adalah hari sabtu karena pada hari itu saya bisa berkumpul dengan rekan-rekan dari Pramuka dan sejak saat itu pula lorong gelap ini mulai menemukan kembali cahayanya.
Tak terasa bulan demi bulan pun telah terlewati, dan akhirnya saya resmi menjadi anggota Pramuka disana, dengan dilantiknya saya menjadi Penegak Bantara. Dan disamping itu semester2 pun telah selesai, ketika saya melihat raport pada semester2 saya sedikit tersenyum gembira karena raport kali ini ada peningkatan walaupun nilai-nilainya tidak besar tapi semua tiadak ada lagi nilai yang pas-pas’an dengan KKM. Tibalah waktu liburan, seperti biasa saya melewati liburan dengan teman-teman yang broken tersebut, entah apa saja yang saya lakukan dengan mereka namun Alhamdulillah untuk Drugs saya tidak pernah mencobanya sedikitpun (karena memang saya bukan pria perokok / jadi pada saat itu berkesimpulan ngerokok aja enggak, apalagi ngedrugs, ogah ah) namun tetap saya sangat menikmati kedekatan dan keakraban teman-teman broken home saya tersebut. Tak terasa waktu liburan berakhir, waktunya kembali ke sekolah (huft/males deh) walaupun dengan terpaksa saya tetap seperti biasa berangkat ke sekolah yang pada waktu itu kebetulan saya masuk ke kelas XI Sos II. Dan disamping itu memang tidak memungkiri juga saya ingin kesekolah. Loh kok katanya males sekolah, tapi kok ingin ke sekolah ?? Iya, saya gak bisa mungkir walaupun malas untuk kembali sekolah / ke SMAN Ciawi, tapi saya ingin bertemu dengan orang-orang yang ada di Gerakan Pramuka Ambalan Otto Iskandar Dinata dan Dewi Sartika (Ottista-Destika), Saya rindu dengan mereka saya rindu keakraban, kedekatan, dan kasih sayang yang positive dari mereka semua.
Hari-haripun terus berjalan dengan biasanya dan dengan keadaan kelas yang baru kebetulan di kelas Sos II itu saya sekelas dengan teman saya yang dari Pramuka yakni Kak Agus Zamaludin, jadi seketika di kelas yang baru ini saya tidak terlalu murung. Waktu pun terus berjalan sehingga entah tanggal berapakah itu yang jelas itu berada dihari sabtu / ketika latihan rutin pramuka, pada hari itu entah dari mana awalnya saya serasa ingin mengungkapkan semua yang saya pendam ini, akhirnya saya mencurahkan semuanya disitu saya mulai menceritakan keadaan saya yang sesungguhnya / yang sudah kehilangan semangat, saya menceritakan apa yang menjadi beban saya selama ini / yang menjadikan semangat saya down, saya pun terus menceritakan semuanya hingga jelas, dan hingga akhirnya saya menemukan harapan baru yang memang harapan baru itu bermula dari mereka. Setelah mereka mengetahui seperti apa kondisi saya dari curhatan-curhatan saya tersebut, mereka semakin memberikan motivasi dan semangat bagi saya, hingga akhirnya suatu ketika saya benar-benar sudah menemukan cahaya yang akan menerangi lorong gelap ini / pada saat itu saya merasakan, saya yang ingin jatuh namun ditahan/dibantu oleh mereka sehingga saya bisa bangkit lagi dari keterpurukan yang melanda saya selama ini.
Dari sanalah saya mulai menemukan Harapan / sebuah Harapan Baru dalam hidup ini, dan sejak saat itulah saya mulai kembali merenungkan semua yang telah terjadi dalam hidup saya ini, saya mulai berpikir bahwa saya harus melakukan Perubahan dalam hidup ini, dan sedikit demi sedikit semua itu berjalan, sehingga saya pun tersadar selama ini saya telah salah jalan dan dari sana Keimanan saya pun mulai kembali lagi dari sana saya benar langsung meminta ampunan kepada Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang (Alloh SWT) pada saat itu saya benar-benar bersimpuh meminta ampunan atas dosa-dosa yang telah saya perbuat selama ini, setelah itupun saya langsung Bersujud di hadapan kedua Orang Tua saya / saya memohon ampunan karena selama ini anaknya telah salah jalan, dan sejak saat itulah saya mulai meninggalkan secara perlahan kebiasaan-kebiasaan saya yang sering berkumpul dengan anak-anak yang broken home tersebut, hingga sampai saat ini Alhamdulillah sudah tidak pernah kesana lagi.
Hari demi hari pun terus berjalan dengan kondisi dan keadaan yang baru / setelah itu saya sudah tidak mengenal lagi yang namanya menginap di rumah tersebut, saya sudah tidak mengenal lagi yang namanya dunia gelap tersebut. Karena setelah bertemu dengan Pramuka, saya menemukan sebuah Cahaya yang menerangi kegelapan itu, sejak saat itu rumah kedua saya adalah di Pramuka yang memang lebih baik, lebih positif, dan lebih berguna. Dan setelah kejadian itu saya pun sudah tidak lagi menjadi seorang anak yang selalu mengurung diri di kamar, tapi saya mulai kembali menjalin hubungan yang baik dengan keluarga saya terutama dengan kedua Orang Tua saya. dan sejak saat itu saya sudah tidak malas lagi untuk berangkat sekolah ke SMA Negeri Ciawi, serta yang paling utama sejak saat itulah saya mulai kembali ke jalan yang mudah-mudahan diridhoi oleh Alloh SWT. Hari-haripun terus berjalan dengan baik semua keadaan berubah / kesedihan, kekecewaan, dan rasa sakit ini mulai terobati, serta yang paling utama saya sudah menemukan jati diri saya yang baru. Keadaan pun berbeda dari yang sebelumnya / saya sudah bisa membuka diri, sudah bisa beradaptasi dengan rekan-rekan sekitar terutama rekan-rekan sekelas, dan prestasi saya pun Alhamdulillah mengalami peningkatan / walaupun tidak segemilang waktu SMP dulu tapi setidaknya saya sudah mulai bisa berprestasi kembali, hasil raport pun sudah tidak terlalu diragukan lagi,  dan yang jelas sejak saat itu saya mulai melatih/mengasah keterampilan ini di Organisasi Gerakan Pramuka / berawal dari kegiatan-kegiatan yang sangat melatih keterampilan dan kedisiplinan saya, serta dengan adanya sebuah amanah yang melatih saya menjadi seorang organisator.
Karena berjalannya waktu, tak terasa saya sudah berada di akhir tingkatan teratas bagi siswa yang berseragam putih abu-abu tersebut. Iya, pada waktu itu saya berada di akhir kelas XII dan pada waktu itu pula kembali terjadi masa-masa menegangkan bagi kami semua yakni Ujian Nasional dan Ujian Sekolah, kami semua pun berjuang untuk mendapatkan kelulusan yang sempurna, dan Alhamdulillah waktu itu telah terlewati dengan lancar walaupun ada beberapa orang rekan kami yang tidak lulus tapi akhirnya mereka lulus pada saat Ujian Susulan. Ujian telah selesai kami pun telah resmi lulus dari SMA dimulailah kembali perjuangan-perjuangan baru, pada waktu itu kami semua sibuk untuk daftar ke Perguruan Tinggi yang kami idam-idamkan. Disana sempat terpikir sepintas tentang AKABRI/AKMIL namun saya memotong bayangan tersebut karena saya sudah sadar diri kalau tubuh ini tidak akan cocok untuk kesana, hingga akhirnya saya mengambil keputusan untuk mencoba mendaftar ke salah satu Universitas Negri yang tepatnya ada di Bandung, dan di Yogyakarta, walaupun dikeduanya berbeda jurusan tapi saya ingin mencoba mendaftarkan dulu diri saya kesana / mengikuti tes terlebih dahulu untuk masuk kesana, sehingga nantinya bisa meneruskan kuliah disana.
Saya pun mulai menceritakan semua keinginan dan yang saya lakukan tersebut kepada kedua orang tua saya, namun sayang seperti biasa keinginan / angan dan cita saya itu terpatahkan kembali karena penyakit ini, dan memang kebetulan pada saat itu ada alasan yang menambah kuatnya bahwa saya tidak bisa kuliah keluar kota tepatnya ke Bandung atau ke Yogyakarta tersebut. Disitu saya sangat merasakan kekecewaan kembali seperti dulu namun pada saat itu alhamdulillah saya sudah bisa berpikir jernih, sehingga walaupun berat tapi saya dapat menerima dengan lapang keputusan dari orang tua saya tersebut untuk meneruskan kuliah ke Universitas Siliwangi (US/Unsil), akhirnya masuklah saya ke universitas tersebut dan berada di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) tepatnya dengan mengambil jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR).
Dan akhirnya, walaupun penyakit ini belum sembuh tapi semua berjalan lancar sampai saat ini / sekarang saya kuliah sudah semester 5, serta dibalik semua ini saya banyak-banyak menemukan hikmahnya, yakni salah satu hikmahnya sekarang saya sudah belajar untuk mentransferkan ilmu yang saya dapatkan selama ini / sekarang saya sudah ikut mengajar di SMPI Terpadu Darruzahra, walaupun secara materil belum terasa tapi yang saya tuju / yang menjadi tujuan saya saat ini adalah Pengakuan dan Pengalamannya. J dan selain itu juga disini kesehatan saya lebih terkontrol, serta banyak lagi hikmah-hikmah yang saya rasakan sekarang. Alhamdulillahirabbilalamin, Terimakasih Ya Alloh.
Alhamdulillah selesai juga notes ini, namun sebelum mengakhirinya izinkan saya untuk mengungkapkan rasa terimakasih saya, yang pertama dan yang paling utama Termakasih kepada Alloh SWT yang telah membimbing hamba selama ini, terimakasih juga kepada kedua Orang Tua dan Keluarga yang telah banyak berjasa dalam kehidupan saya, terimakasih juga kepada rekan-rekan Pramuka saya (terutama Kak Nenden Wahyuni, Kak Risalah Amatilah, Kak Sinta Fajrian, Kak Agus Zamaludin, Kak Luti Abdaussalam Al Faiz, Kak Wahyudin, Kak Dani Mulyana, Kak Egi Muhammad Rhamdan, Kak Lilis Siti Amanah dan Kakak-kakak Pramuka lainya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu) yang telah banyak memberikan motivasi bagi saya dan yang jelas kalian semua adalah pahlawan bagi saya, serta terimakasih kepada semua rekan-rekan lainnya yang telah memotivasi saya selama ini, karena kalian semua lah saya bisa menjadi seperti sekarang ini, terimakasih banyak. Akhir kata semoga notes ini dapat bermanfaat khususnya untuk saya pribadi dan umumnya untuk rekan-rekan semua … J Sekali lagi saya tegaskan untuk rekan-rekan semua walaupun semangat sudah hilang, cinta dan kasih sayang hilang, dan bahkan keimanan pun ikut hilang, tapi rekan  semua tidak perlu khawatir karena masih ada satu lagi yang tersisa, yakni HARAPAN / Harapan Itu Masih Ada. J
Salam Semangat Untuk Semuanya … J
Wassalamu’alaikum Warrahmatullohiwabarrokatuh … J


… Berbagi Motivasi …

Bagaimana Tanggapan Sahabat Semua Tentang Blog Ini